NAMA : EDI SUNARTO
NPM : 0953267
KELAS : E
PRODI : PBI
AKHLAK TASAWUF
AL-AHWAL
Menurut sufi, al-ahwal-jamak dari al-hal-dalam bahasa Inggris disebut state, adalah situasi kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia Allah, bukan dari hasil usahanya (Rivay, 2002: 131). Dengan kata lain, seorang salik (penempuh jalan tarekat) yang serius hatinya dipenuhi dengan bersitan-bersitan hati, sehingga banyak hal dan sifat yang kemudian berubah dalam dirinya. Sebagian sufi sepakat menyebut gejala ini sebagai ahwal, dan sebagian sufi lain menyebutnya sebagai maqamat (kedudukan/tingkatan) (Abdul Fattah, 2000: 107).Rosihan Anwar dan Mukhtar Solihin (2000:71) mengatakan bahwa hal sama dengan bakat, sedangkan maqam diperoleh dengan daya dan upaya. Jelasnya, hal tidak sama dengan maqam, keduanya tidak dapat dipisahkan
Jadi , Al-Ahwal adalah hembusan ruhani yang merasuk ke dalam hati tanpa disengaja ataupun diusahakan. Al-ahwal adalah anugerah, sedangkan al-maqamat bisa diusahakan. Al-ahwal datang tidak berujud dan berbentuk, sedangkan al-maqamat diperoleh dengan usaha yang sungguh-sungguh.
Syaikh Abu Nashr as-Sarraj -rahimahullah- berkata: Adapun makna ahwal (bentuk jamak dari hal), ialah sesuatu dari kejernihan dzikir yang bertempat dalam hati, atau hati berada dalam kejernihan dzikir tersebut. Al-Junaid -rahimahullah- mengatakan bahwa hal ialah sesuatu yang terjadi secara mendadak yang bertempat pada hati nurani dan tidak bisa lama (terus-menerus/berkekalan). Ada pula yang menyebutkan bahwa hal ialah dzikir secara samar (khafi). Sabda Rasulullah saw.: ''Sebaik-baik dzikir ialah dzikir khafi (dilakukan secara samar).'' (HR. Ahmad, Ibn Hibban, Abu Uwanah dan al-Baihaqi dari Sa'ad bin Abi Waqqash ra.).
Al-ahwal tidak bisa diperoleh lewat cara perjuangan spiritual, ibadah, dan latihan jiwa sebagaimana yang dilakukan dalam maqamat. Berbagai kondisi spiritual antara lain: muraqabah, qurbah, mahabbah, khauf, raja', syauq, uns, thuma'ninah, musyahadah, yaqin, dan lain-lain. Abu Sulaiman ad-Darani -rahimahullah- mengatakan, ''Jika muamalah dengan Allah telah menembus hati, maka anggota tubuh akan terasa nyaman dan ringan”.
Tasawuf Falsafi
Tasawuf Falsafi adalah sebuah konsep ajaran tasawuf yang mengenalTuhan (ma’rifat) dengan pendekatan rasio (filsafat) hingga menuju ketinggkatyang lebih tinggi, bukan hanya mengenal Tuhan saja (ma’rifatullah) melainkanyang lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul wujud (kesatuan wujud).
Bisa jugadikatakan tasawuf filsafi yakni tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiranfilsafat.Di dalam tasawuf falsafi metode pendekatannya sangat berbeda dengantasawuf sunni atau tasawuf salafi. kalau tasawuf sunni dan salafi lebih menonjolkepada segi praktis ,sedangkan tasawuf falsafi menonjol kepada segiteoritis sehingga dalam konsep-konsep tasawuf falsafi lebihmengedepankan asas rasio dengan pendektan-pendekatan filosofis yang ini sulitdiaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi orang awam, bahkan bisa dikatakan mustahil.Dari adanya aliran tasawuf falsafi ini menurut saya sehingga muncullah ambiguitas-ambiguitas dalam pemahaman tentang asal mula tasawuf itu sendiri.
kemudian muncul bebrapa teori yang mengungkapkan asal mula adanya ajarantasawuf. Pertama; tasawuf itu murni dari Islam bukan dari pengaruh dari non-Islam. Kedua; tasawuf itu adalah kombinasi dari ajaran Islam dengan non-Islamseperti Nasrani, Hidu-Budha, filsafat Barat (gnotisisme). Ketiga; bahwa tasawuf itu bukan dari ajaran Islam atau pun yang lainnya melainkan independent.Teori pertama yang mengatakan bahwa tasawuf itu murni dari Islam dengan berlandaskan QS. Qaf ayat 16 yang artinya “Telah Kami ciptakan manusia danKami tahuapa yang dibisikkan dirinya kepadanya. Dan Kami lebih dekat denganmanusia daripada pembuluh darah yang ada dilehernya”. Ayat ini bukan hanyasebagai bukti atau dasar bahwa tasawuf itu murni dari Islam meliankan salah satuajaran yang utama dalam tasawuf yaitu wihdatul wujud. Kemudian kami jugamengutip pendapat salah satu tokoh tasawuf yang terkenal yaitu Abu QasimJunnaid Al-Baqdady, menurutnya “yang mungki menjadi ahli tasawuf ialah orangyang mengetahui seluruh kandungan al-qur’an dan sunnah”.
Jadi menurut ahli sufi, setiap gerak-gerik tasawuf baik ‘ilmy dan ‘amaly haruslah bersumber dari al-qur’an dan sunnah. Maka jelas bahwa tasawuf adalah murni dari Islam yang tidak di syari’atkan oleh nabi akan tetapi beliau juga mempraktikkannya.Buktinyasejak zaman beliau (nabi Muhammada) juga ada kelompok yangmengasingkan diri dari dunia, sehingga untuk menjaga kekhusuan mereka beliaumemberi mereka tempat kepada mereka di belakang muruh nabi. Meskipun istilahtasawuf itu belum ada tapi dapat di sinyalir bahwa munculnya ajaran-ajaran seperti itu (zuhud/ warok, mendekatkan diri pada Allah-red) sudah ada sejak zaman Islam mulai ada, dan nabi sendiri sejatinya adalah seorang sufi yang sejati.Kemudian pendapat kedua yang mengatakan bahwa tasawuf adala kombinasi dariajaran Islam dengan yang lainnya (non-Islam).
Tariqah Pada Bahasa Kalimah Thariq berasal dari kekata “tharaqa” yang berertimemukul/memanjangkan,menyisir,mengetuk,melalui,mengucapkan, serta datang di malam hari.Thariq bererti tempat berlalu yang luas dan panjang, melebihi luas jalan.Ia juga bererti jalan yang ditempuh oleh kelompok sufi, dijamakkan menjadi thuruq.Erti Thariq sama dengan tariqah yang bererti jalan, haluan atau mazhab.Tariqah juga mempunyai erti yang menunjuk pada segolongan orang-orang yang dipandang mulia.Iaitu orang-orang yang dihormati dan diikuti oleh masyarakat kerana keluhuran
jiwanya.
jiwanya.
Pada masyarakat Arab biasanya digunakan kata-kata tariqah al-qaum’ yang bererti suri tauladan dan pilihan mereka iaitu orang-orang yang dijadikan oleh sesuatu masyarakat sebagai ikutan. Maka masyarakat tersebut mengikuti jalan mereka.Tariqah Pada Istilah Dalam Ilmu Tasawuf, Tariqah merupakan satu jalan atau kaedah yang ditempuh menuju keridhaan Allah swt dengan amaliah zahir dan bathin sepertimana yang terkandung dalam keluasan Ilmu Tasawuf.
Adapun ikhtiar menempuh jalan itu lebih dikenali dengan istilah Suluk. Sedangkan orang bersuluk itu pula dipanggil Salik.Dalam keterangan yang lain, dapat difahami bahwa tariqah itu adalah jalan atau petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah
sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dan
dikerjakan oleh para sahabat Nabi Muhammad saw, Tabi’it, Tab’in
Tabi’in turun temurun sehingga sampai kepada para ulama dan
guru-guru.Guru-Guru yang memberikan petunjuk dan bimbingan
ini dinamakan Mursyid.
sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dan
dikerjakan oleh para sahabat Nabi Muhammad saw, Tabi’it, Tab’in
Tabi’in turun temurun sehingga sampai kepada para ulama dan
guru-guru.Guru-Guru yang memberikan petunjuk dan bimbingan
ini dinamakan Mursyid.
Mursyid peranannya membimbing dan mengajar muridnya setelah memperolehi ijazah dari gurunya pulasebagai tersebut dalam silsilahnya.Dengan demikian ahli Tasawuf berkeyakinan bahwa hukum-hakam serta peraturan-peraturan dalam ilmu Syariah dapat dilaksanakan dengan sebaik-baik perlaksanaan melalui jalan Tariqah.
Neo-sufisme
Dewasa ini pemikiran para sufi sedang cenderung kepada kajian sekitar Neo Sufisme, kajian yang dewasa ini sedang menghangat, pastinya dimulai pada tahun 2000-2010 di Indonesia, yang sebelumnya kajian ini kurang diresponi di kalangan para sarjanawan Muslim kontemporer. Jika ditinjau dari sudut bahasa, kata Neo Sufisme terdiri dari dua kata, yaitu Neo dan Sufisme. Kata Neo berarti baru atau yang diperbarui, sedangkan sufisme adalah nama umum bagi berbagai aliran sufi dalam Islam. Dengan demikian yang dimaksud dengan Neo Sufisme adalah modernisasi tasawuf.
Istilah modernisasi, seperti beberapa kata lainnya, berasal dari bahasa Barat yang telah dipakai dan masuk ke dalam bahasa Indonesia. Awalnya di Barat, modernisasi ini merupakan gerakan yang muncul antara tahun 1650 sampai 1800 M., suatu masa yang terkenal dalam sejarah Eropa sebagai The Age Of Reason atau Enlightenment, yakni masa pemujaan akal. Modernisasi Eropa tersebut merupakan sebuah aliran, gerakan atau paham yang berusaha mengubah adat istiadat atau intuisi-intuisi lama dan sebagainya, agar semua itu sesuai dengan pendapat-pendapat dan keadaan-keadaan baru yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Ketika istilah modernisasi masuk dan diadopsi ke dalam dunia Islam pada zaman modern ini, oleh para tokoh dan pemikir terkadang istilah tersebut sering dibolak-balik menjadi Islam modern, modernisme Islam, modernitas dalam Islam dan dalam bentuk lainnya. Dalam hal ini, istilah-istilah tersebut sebenarnya mempunyai makna yang sama dan selaras maksudnya dengan modernisasi Islam. Jadi, istilah ini merupakan istilah yang sering diagungkan dan di dengungkan oleh para pemikir Islam untuk memperbarui realitas-realitas yang terjadi pada masyarakat Islam sekarang.
Perkembangan Tasawuf
Tasawuf mempunyai perkembangan tersendiri dalam sejarahnya. Tasawuf berasal dari gerakan zuhud yang selanjutnya berkembang menjadi tasawuf. Meskipun tidak persis dan pasti, corak tasawuf dapat dilihat dengan batasan- batasan waktu dalam rentang sejarah sebagai berikut:
A. Abad I dan II HijriyahFase abad pertama dan kedua Hijriyah belum bisa sepenuhnya disebut sebagai fase tasawuf tapi lebih tepat disebut sebagai fase kezuhudan. Adapun ciri tasawuf pada fase ini adalah sebagai berikut:Bercorak praktis ( amaliyah ),Tasawuf pada fase ini lebih bersifat amaliah dari pada bersifat pemikiran. Bentuk amaliah itu seperti memperbanyak ibadah, menyedikitkan makan minum, menyedikitkan tidur dan lain sebagainya. Amaliah ini menjadi lebih intensif terutama pasca terbunuhnya sahabat Utsman. Para sahabat Nabi s.a.w digambarkan oleh Allah s.w.t sebagai orang yang ahli rukuk dan sujud, Bercorak kezuhudanTasawuf pada pase pertama dan kedua hijriyah lebih tepat disebut sebagai kezuhudan. Kesederhanaan kehidupan Nabi diklaim sebagai panutan jalan para zahid. Banyak ucapan dan tindakan Nabi s..a.w. yang mencerminkan kehidupan zuhud dan kesederhanaan baik dari segi pakaian maupun makanan, meskipun sebenarnya makanan yang enak dan pakaian yang bagus dapat dipenuhi. Dan secara logikapun tidak masuk akal seandaikata Nabi s..a.w yang menganjurkan untuk hidup zuhud sementara dirinya sendiri tidak melakukannya. Kezuhudan didorong rasa khauf, Khauf sebagai rasa takut akan siksaan Allah s.w.t sangat menguasai sahabat Nabi s.a.w dan orang – orang shalih pada abad pertama dan kedua Hijriyah. Informasi al-Qur`an dan Nabi tentang keadaan kehidupan akhirat benar-benar diyakini dan mempengaruhi perasaan dan pikiran mereka.
Sikap zuhud dan rasa khauf berakar dari nash ( dalil Agama ),Al-Qur`an dan al-Hadits memberikan informasi tentang kebenaran sejati hidup dan kehidupan. Keduanya memberikan gambaran tentang perbandingan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Keduanya memberikan informasi tentang kengerian kehidupan akhirat bagi orang-orang yang mengabaikan huum-hukum Allah. Sikap zuhud untuk meningkatkan moral,Cinta dunia telah membuat saling bunuh dan saling fitnah antar sesama. Cinta dunia melahirkan ketidaksalehan ritual, personal maupun sosial. Itulah sebabnya Hasan al-Bashri sebagai salah seorang zahid dalam mengajak baik masyarakat maupun pemerintah ( para pemimpin kerajaan Umayah ) selalu mengajak untuk bersikap zuhud sebagaimana sikap ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sahabat Nabi yang setia.Sikap zuhud didukung kondisi sosial-politik, Meski sikap zuhud tanpa adanya keadan sosial politik tertentu masih tetap eksis lantaran al-Qur`an dan perilaku serta perkataan Nabi s..a.w mendorong untuk bersikap zuhud, namun keadaan sosial politik yang kacau turut menyuburkan tumbuhnya sikap zuhud.
B. Fase Abad III dan IV HijriyahApabila abad pertama dan kedua Hijriyyah disebut fase asketisisme ( kezuhudan ), maka abad ketiga dan keempat disebut sebagai fase tasawuf. Praktisi kerohanian yang pada masa sebelumnya digelari dengan berbagai sebutan seperti zahid, abid, nasik, qari` dan sebagainya, pada permulaan abad ketiga hijriyah mendapat sebutan shufi. Hal itu dikarenakan tujuan utama kegiatan ruhani mereka tidak semata – mata kebahagian akhirat yang ditandai dengan pencapaian pahala dan penghindaran siksa, akan tetapi untuk menikmati hubungan langsung dengan Tuhan yang didasari dengan cinta. Cinta Tuhan membawa konsekuensi pada kondisi tenggelam dan mabuk kedalam yang dicintai ( fana fi al-mahbub ). Kondisi ini tentu akan mendorong ke persatuan dengan yang dicintai ( al-ittihad ). Di sini telah terjadi perbedaan tujuan ibadah orang-orang syariat dan ahli hakikat.
Pada fase ini muncul istilah fana`, ittihad dan hulul. Fana adalah suatu kondisi dimana seorang shufi kehilangan kesadaran terhadap hal-hal fisik ( al-hissiyat). Ittihad adalah kondisi dimana seorang shufi merasa bersatu dengan Allah sehingga masing-masing bisa memanggil dengan kata aku ( ana ). Hulul adalah masuknya Allah kedalam tubuh manusia yang dipilih.
Tokoh lainnya adalah Dzunnun al-Mishri ( w. 245 H.) yang dikenal dengan pencetus ma’rifat. Dia pernah belajar ilmu Kimia dari Jabir bin Hayyan. Dia juga dianggap orang yang berbicara pertama kali tentang maqamat dan ahwal di Mesir., al-Hakim al-Tirmidzi (w. 320 H. ) dengan konsep kewalian, Abu Bakar al-Sibli ( w.334 H.)
C. Fase Abad V HihriyahFase ini disebut sebagai fase konsolidasi yakni memperkuat tasawuf dengan dasarnya yang asli yaitu al-Qur`an dan al-Hadits atau yang sering disebut dengan tasawuf sunny yakni tasawuf yang sesuai dengan tradisi (sunnah) Nabi dan para sahabatnya. Fase ini sebenarnya merupakan reaksi terhadap fase sebelumnya dimana tasawuf sudah mulai melenceng dari koridor syariah atau tradisi ( sunnah ) Nabi dan sahabatnya.
D. Fase Abad VI Hijriyah
Fase ini ditandai dengan munculnya tasawuf falsafi yakni tasawuf yang memadukan antara rasa ( dzauq ) dan rasio ( akal ), tasawuf bercampur dengan filsafat terutama filsafat Yunani. Pengalaman – pengalaman yang diklaim sebagai persatuan antara Tuhan dan hamba kemudian diteorisasikan dalam bentuk pemikiran seperti konsep wahdah al-wujud yakni bahwa wujud yang sebenarnya adalah Allah sedangkan selain Allah hanya gambar yang bisa hilang dan sekedar sangkaan dan khayali.
E. Tasafuf Modern
yaitu tasawuf yang di lakukan sebagian orang pada masa kini yang sering kita jumpai.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.